Fabel
Sri Rahayu, S.Pd.
“Aduh,
aku sudah tak tahan lagi. Haruskah keturunanku berakhir juga bersama
kematianku?” keluh Ibu Nging-nging yang sedang sakit parah dan sudah saatnya
bertelur. Sebagai seekor nyamuk ia harus mencari tempat yang berair untuk menempatkan
telurnyaagar anaknya bisa tumbuh dengan baik. Sayang, sayapnya tak lagi dapat
dikepakkan. Tubuhnya lunglai, bahkan kakinya hampir tak kuat merekat di baju
seragam sekolah anak pemilik rumah tempat ia mencari makan. Dengan pasrah dia
terpaksa bertelur di sana. Matanya berlinang saat melihat telurnya jatuh di
bagian saku baju. Dengan pasrah dia berdoa untuk keselamatan keturunannya.
Tiba-tiba
ibu Nging-nging terperanjat. Baju tempatnya bertahan diambil dan dipakai Lana.
Hari itu dia dan telurnya terbawa Lana ke sekolah. Dengan tenaga yang tersisa,
ia masih sempat mengikuti pelajaran Lana di kelas yaitu pelajaran Agama. Sempat
ia dapatka ilmu bahwa seagai mahkluk Tuhan, siapa pun haru tawakal menghadapi
cobaan. Dan Ibu Nging-nging pun terus berdoa serta berserah diri untuk
keselamatan keturunannya.
Bel berbunyi. Lana dan teman-temannya bersorak
karena mereka akan berganti pelajaran. Setelah mengambil bungkusan dari tas,
Lana berlari ke kamar mandi beradu cepat dengan teman-temannya untuk berganti
pakaian olahraga.
“Hai, ada nyamuk di seragamku, jangan-jangan
tadi aku sudah digigitnya, dasar nyamuk nakal!”gerutu Lana sambil mengibaskan
seragamnya. Bersamaan dengan itu melayanglah tubuh Ibu Nging-nging dari
seragam. Matanya masih sempat melihat telurnya pun jatuh tepat di bak air kamar
mandi. Ia beryukur dan sempat berbisik “semoga hidupmu senang, Ngiung, anakku!
Maaf, ibu tidak bisa mendampingimu! Ibu Nging-nging pun mati, terkulai di lantai
kamar mandi.
Hari berganti hari. Ngiung, si telur nyamuk,
terus tumbuh melampaui berbagai perubahan bentuk, dari telur, jentik-jentik
hingga tumbuh dua sayap yang dapat mengantarkannya mencari makan. Anak-anak
sekolah jadi sasarannya. Sering ia berlama-lama dalam kelas menunggu mangsanya
terlena. Saat menunggu itu, tanpa disadari dia mendapatkan berbagai pengetahuan
termasuk tentang keberadaan seekor nyamuk seperti dirinya. Dia tidak tahu
mengapa selalu tergerak untuk mencari sasaran di kelas Lana. Meskipun demikian
Lana tidak pernah jadi mangsanya.
Suatu sore Ngiung sedang beristirahat di kebun
sekolah. Ia didatangangi beberapa nyamuk sesusia dengannya. Salah satunya
bernama Nguing. Badan Nguing paling besar di antara mereka.Kabarnya nguing
selalu diajak mencari makan di rumah-rumah orang kaya oleh ibunya.
“Hei, Ngiung, mengapa kamu melamun sendiri?”ayo
gabung dengan kami jalan-jalan di rumah penduduk, siapa tahu kita dapat mangsa
istimewa!” ajak Nguing
“Maaf, aku masih kenyang dan rasanya masih bisa
bertahan untuk esok hari,”jawab Ngiung.
“Ha..ha.. bertahan sampai besok? Makanya
badanmu selalu kurus dan pasti kamu malu main bersama kami. Dasar anak gak
terurus,”ejek Nguing.
“Bukan begitu Nguing, aku lebih senang berdiam
diri di sini sambil menikmati taman yang indah hasil kerja siswa sekolah
ini,”jawab Ngiung dengan sabar.
“Ah, bilang saja kamu malu bermain dengan kami,
atau takut melihat dunia luar?”Ejek Nguing lagi, “ayolah, sesekali kita harus
keluar agar pengetahuan kita bertambah!”
Kali ini Ngiung tertarik untuk mengikuti ajakan
Nguing. Benar juga pendapat temannya itu, dengan sesekali keluar taman mungkin
pengetahuannya akan bertambah. Mereka segera terbang beriringan menuju sebuah
perumahan elit. Sepanjang perjalanan Nguing menceritakan pengalamannya saat
mencari makan bersama orang tuanya. Dia merasa lebih beruntung daripada
teman-temannya.
“Hei, lihat itu ada bayi gemuk yang sedang
tidur, pasti darahnya segar. Ayo kita serbu!”ajak Nguing.
“Jangan, anak itu belum tidur lelap pasti mudah
terbangun! Jika terbangun, celakalah kita,”kata Ngiung.
“Sok tahu kamu, perutku sudah kelaparan
nih?”jawab Nguing makin geram.
“Tunggulah sebentar, ada masanya manusia tidur
lelap. Dia akan tidak teralu merasakan sakit kalau kita hirup darahnya. Ambil
secukupnya saja, jika terlalu banyak bahkan akan membahayakan kita,” jelas
Ngiung.
“Kamu banyak teori, Ngiung!”bentak Nguing, masa
bodoh, aku lapar, ayo kita tinggal Nguing. saatnya berpesta!”teriak Nguing
mengajak teman-teman yang lain.
Ngiung hanya terdiam sambi memperhatikan
teman-temannya dari jauh. Nguing tampak begitu rakusnya. Tubuhnya yang gemuk
tampak makin gempal memerah. Ia terus meneguk darah sang bayi sambil memicingkan
matanya kepada Ngiung seolah mengejeknya sebagai pengecut. Tiba-tiba sang bayi
menangis dan ibunya terbangun mencari penyebab tangis anaknya. Sang ibu melihat
seekor nyamuk hinggap lekat di pipi buah hatinya. Segera tangannya ...
Ngiung merasa kasihan melihat temannya
terancam. Ia berteriak mengingatkan temannya itu. Sayang tubuh Ngiung penuh
darah karena kekenyangan dam dia pun tak kuat menerbangkan badannya. Malang,
telunjuk halus ibu sang bayi menekanya hingga tewas. Ngiung sedih, dia
meninggalkan tempat si bayi sambil menangis. dia berjanji tidak akan mengambil
darah secara berlebihan karena akan membahayakan dirinya sendiri. Ilmu ini dia
dapatkan saat dia berada di kelas Lana yang sedang berlangsung pelajaran agama.
Sambil tersenyum dia kembali ke taman sekolah karena di sana dia merasa nyaman.
Satria
BalasHapusRizky
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuszacky
BalasHapuszacky 8b
BalasHapushusne
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBacaannya Panjang banget
BalasHapusAMAN SUBARYANTO SPD
BalasHapusTARTO ADUDU
BalasHapus