TERINSPIRASI KARYA SISWA
1. https://www.canva.com/design/DAGwljICO_E/fkmIqGUHn9l8-Jx7hftsxQ/edit?utm_content=DAGwljICO_E&utm_campaign=designshare&utm_medium=link2&utm_source=sharebutton
TERINSPIRASI KARYA SISWA
1. https://www.canva.com/design/DAGwljICO_E/fkmIqGUHn9l8-Jx7hftsxQ/edit?utm_content=DAGwljICO_E&utm_campaign=designshare&utm_medium=link2&utm_source=sharebutton
Jembatan Bocor
(pengalamanku)
Kepingin
ngaruhke sedulur enom sing wis pindhah ana ing Kebumen, aku sakulawarga nyelake
dolan. Mumpung sela kabeh. Ngiras pantes tilik sedulur sing bar lairan ana
tlatah Ayah, Kebumen. Kanthi arahan rute sing dikirimke adiku lewat WA,
aku semangat nlusur dalan kuwi. Wektu semono durung biasa nganggo google map.
Pesen WA sing paling pungkasan unine, “mangke yen dumugi jembatan bocor,
ngabari, nggih!”
Aku lan mas
bojo yakin dalan sing tak liwati wis bener. Mung kepikiran, yen jembatane bocor
terus kepiye. Apa iso diliwati, apa ora? Kok, adiku ora menehi solusi apike
kepiye? Yen dadak methuk kan malah ngrepotke. Topik iki sing dadi bahan omongan
ing jero mobil karo inceng-inceng dalan, mbok menawa nemu jembatan bocor. Ndilalah
musim udan. Dalan mlebu kampung rada jeblok. Tambah kepikiran jembatan bocor.
Was-was.
Kanggo
mesteake, aku duwe pemikiran takon karo sawijining warga. Mobil mandheg, aku
mudhun nyeraki pawongan setengah sepuh lagi lenggahan neng arep omah.
“Mbah, nyuwun
pangapunten badhe nyuwun pirsa, sakcelakipun ngriki, jembatan ingkang bocor
menika siring pundi, nggih? Menapa sampun celak saking ngriki?” pitakonku.
“Jembatan sing
bocor, Ndhuk? Maksude kepiye? Neng kene ora ana jembatan sing bocor. Ngarep kana
pancen ana jembatan, ananging ora bocor, kok.” Ngono ngendikane simbah. Bareng tak wacakke jeneng
dusun sing tak tuju, simbah nuli ngendikaake menawa dusun mau wis cedak. Aku
didawuhi bablas wae nurut dalan kuwi. Kanthi rada bingung, aku mlebu mobil lan
nyritakake apa sing dingendikaake simbah mau. Banjur nerusake laku
Bareng sawetara
wektu, ing ngarep katon ana jembatan. Mas bojo dawuhi aku supaya ngabari adiku.
Lagi wae pesen kekirim, eiit, mripatku weruh ana gedung SD ing sebelah tengen
dalan, lan ana papan gedhe, tulisane “SD Negeri Bocor” Oalah… jebul Bocor kuwi jeneng sakwijining
desa ing Kabupaten Kebumen. Tiwas anggone mikir kejeron. Sak mobil ngguyu
kabeh. Apa meneh nalika bisa ngliwati jembatan Bocor kanthi lancar. Ing sisih
ngarep wis katon adiku nunggu arep mandhu rute sakteruse.
BIODATA PENULIS
NAMA :
SRI RAHAYU, S.Pd, M.PD.
UNIT KERJA : SMP
NEGERI 1 MLATI
ALAMAT :
SANGGRAHAN, TIRTOADI, MLATI SLEMAN, 55287
NO HP :
0895378202678
Fabel
Sri Rahayu, S.Pd.
“Aduh,
aku sudah tak tahan lagi. Haruskah keturunanku berakhir juga bersama
kematianku?” keluh Ibu Nging-nging yang sedang sakit parah dan sudah saatnya
bertelur. Sebagai seekor nyamuk ia harus mencari tempat yang berair untuk menempatkan
telurnyaagar anaknya bisa tumbuh dengan baik. Sayang, sayapnya tak lagi dapat
dikepakkan. Tubuhnya lunglai, bahkan kakinya hampir tak kuat merekat di baju
seragam sekolah anak pemilik rumah tempat ia mencari makan. Dengan pasrah dia
terpaksa bertelur di sana. Matanya berlinang saat melihat telurnya jatuh di
bagian saku baju. Dengan pasrah dia berdoa untuk keselamatan keturunannya.
Tiba-tiba
ibu Nging-nging terperanjat. Baju tempatnya bertahan diambil dan dipakai Lana.
Hari itu dia dan telurnya terbawa Lana ke sekolah. Dengan tenaga yang tersisa,
ia masih sempat mengikuti pelajaran Lana di kelas yaitu pelajaran Agama. Sempat
ia dapatka ilmu bahwa seagai mahkluk Tuhan, siapa pun haru tawakal menghadapi
cobaan. Dan Ibu Nging-nging pun terus berdoa serta berserah diri untuk
keselamatan keturunannya.
Bel berbunyi. Lana dan teman-temannya bersorak
karena mereka akan berganti pelajaran. Setelah mengambil bungkusan dari tas,
Lana berlari ke kamar mandi beradu cepat dengan teman-temannya untuk berganti
pakaian olahraga.
“Hai, ada nyamuk di seragamku, jangan-jangan
tadi aku sudah digigitnya, dasar nyamuk nakal!”gerutu Lana sambil mengibaskan
seragamnya. Bersamaan dengan itu melayanglah tubuh Ibu Nging-nging dari
seragam. Matanya masih sempat melihat telurnya pun jatuh tepat di bak air kamar
mandi. Ia beryukur dan sempat berbisik “semoga hidupmu senang, Ngiung, anakku!
Maaf, ibu tidak bisa mendampingimu! Ibu Nging-nging pun mati, terkulai di lantai
kamar mandi.
Hari berganti hari. Ngiung, si telur nyamuk,
terus tumbuh melampaui berbagai perubahan bentuk, dari telur, jentik-jentik
hingga tumbuh dua sayap yang dapat mengantarkannya mencari makan. Anak-anak
sekolah jadi sasarannya. Sering ia berlama-lama dalam kelas menunggu mangsanya
terlena. Saat menunggu itu, tanpa disadari dia mendapatkan berbagai pengetahuan
termasuk tentang keberadaan seekor nyamuk seperti dirinya. Dia tidak tahu
mengapa selalu tergerak untuk mencari sasaran di kelas Lana. Meskipun demikian
Lana tidak pernah jadi mangsanya.
Suatu sore Ngiung sedang beristirahat di kebun
sekolah. Ia didatangangi beberapa nyamuk sesusia dengannya. Salah satunya
bernama Nguing. Badan Nguing paling besar di antara mereka.Kabarnya nguing
selalu diajak mencari makan di rumah-rumah orang kaya oleh ibunya.
“Hei, Ngiung, mengapa kamu melamun sendiri?”ayo
gabung dengan kami jalan-jalan di rumah penduduk, siapa tahu kita dapat mangsa
istimewa!” ajak Nguing
“Maaf, aku masih kenyang dan rasanya masih bisa
bertahan untuk esok hari,”jawab Ngiung.
“Ha..ha.. bertahan sampai besok? Makanya
badanmu selalu kurus dan pasti kamu malu main bersama kami. Dasar anak gak
terurus,”ejek Nguing.
“Bukan begitu Nguing, aku lebih senang berdiam
diri di sini sambil menikmati taman yang indah hasil kerja siswa sekolah
ini,”jawab Ngiung dengan sabar.
“Ah, bilang saja kamu malu bermain dengan kami,
atau takut melihat dunia luar?”Ejek Nguing lagi, “ayolah, sesekali kita harus
keluar agar pengetahuan kita bertambah!”
Kali ini Ngiung tertarik untuk mengikuti ajakan
Nguing. Benar juga pendapat temannya itu, dengan sesekali keluar taman mungkin
pengetahuannya akan bertambah. Mereka segera terbang beriringan menuju sebuah
perumahan elit. Sepanjang perjalanan Nguing menceritakan pengalamannya saat
mencari makan bersama orang tuanya. Dia merasa lebih beruntung daripada
teman-temannya.
“Hei, lihat itu ada bayi gemuk yang sedang
tidur, pasti darahnya segar. Ayo kita serbu!”ajak Nguing.
“Jangan, anak itu belum tidur lelap pasti mudah
terbangun! Jika terbangun, celakalah kita,”kata Ngiung.
“Sok tahu kamu, perutku sudah kelaparan
nih?”jawab Nguing makin geram.
“Tunggulah sebentar, ada masanya manusia tidur
lelap. Dia akan tidak teralu merasakan sakit kalau kita hirup darahnya. Ambil
secukupnya saja, jika terlalu banyak bahkan akan membahayakan kita,” jelas
Ngiung.
“Kamu banyak teori, Ngiung!”bentak Nguing, masa
bodoh, aku lapar, ayo kita tinggal Nguing. saatnya berpesta!”teriak Nguing
mengajak teman-teman yang lain.
Ngiung hanya terdiam sambi memperhatikan
teman-temannya dari jauh. Nguing tampak begitu rakusnya. Tubuhnya yang gemuk
tampak makin gempal memerah. Ia terus meneguk darah sang bayi sambil memicingkan
matanya kepada Ngiung seolah mengejeknya sebagai pengecut. Tiba-tiba sang bayi
menangis dan ibunya terbangun mencari penyebab tangis anaknya. Sang ibu melihat
seekor nyamuk hinggap lekat di pipi buah hatinya. Segera tangannya ...
Ngiung merasa kasihan melihat temannya
terancam. Ia berteriak mengingatkan temannya itu. Sayang tubuh Ngiung penuh
darah karena kekenyangan dam dia pun tak kuat menerbangkan badannya. Malang,
telunjuk halus ibu sang bayi menekanya hingga tewas. Ngiung sedih, dia
meninggalkan tempat si bayi sambil menangis. dia berjanji tidak akan mengambil
darah secara berlebihan karena akan membahayakan dirinya sendiri. Ilmu ini dia
dapatkan saat dia berada di kelas Lana yang sedang berlangsung pelajaran agama.
Sambil tersenyum dia kembali ke taman sekolah karena di sana dia merasa nyaman.
Sekuntum Mawar Putih
....
Kemarin hari
valentin. Aku sempat melirik Andi membawa kotak warna pink bergambar jantung
hati. Hatiku berdebar, untukkukah atau untuk siapa,ya? Hatiku tak karuan, ada
harapan sekaligus kekhawatiran. Apa yang terjadi dengan diriku? Sepulang
sekolah ketemukan jawabnya. Andi nongkrong dekat kantor guru. Setelah Bu Tri
keluar kantor, Andi mengejarnya, kulihat kotak tadi diulurkan ke Bu Tri sambil
tersenyum manja. Karena dari kejauhan, Aku tak mendengar apa yang mereka
bicarakan. Kulihat Bu Tri memencet hidung Andi sambil tersenyum dengan
manisnya. Tiba-tiba kurasakan tetesan hangat di kedua pipiku. Mengapa aku harus
menangis menyaksikan semua ini.
.....
http://gg.gg/sekuntum-mawar-putih
Sleman-Berakhirnya cuti bersama masih menyisakan padatnya jalan raya terutama roda empat di wilayah Yogya utara, tepatnya di simpang empat Condong Catur, Senin (2/11).
Deretan kendaraan terutama roda empat dari arah selatan sangat panjang hingga traffik lights. Pengendara harus sabar menunggu lampu hijau hingga beberapa kali putaran. Bahkan, ada di antara mereka yang harus menunggu hingga lima kali lampu merah. Nampaknya masa Pandemi Covid-19 tidak begitu berpengaruh bagi masyarakat. Mereka tetap melakukan perjalanan meski hanya sekadar berwisata. Hal ini terbukti dari nomor kendaraan banyak yang dari luar kota. Bagaimanapun Yogya masih Istimewa. Istimewa sebagai salah satu alternatif destinasi wisata seperti yang diungkapkan oleh wisatawan dari Bandung saat menunggu lampu hijau.
“Tak jauh berbeda dari tiga arah yang lain, antrean kendaraan sangat padat setiap sore seperti ini. Mungkin mereka menghilangkan stres akibat Covid, tapi ini rejeki untuk saya,” kata Pak Sabar, seorang penjual surat kabar.
Menurutnya, sejak masa cuti bersama kemarin, wilayah tersebut sangat padat, apalagi sore hari. Hal ini yang menyebabkan dia rela jauh-jauh dari kota Magelang hanya untuk menjajakkan koran di tempat tersebut karena lebih berpeluang untuk laris.
Menurut Kuntari, seorang ASN yang kebetulan sedang bertugas mengikuti diklat dan harus menginap di hotel yang tak jauh dari perempatan tersebut mengatakan bahwa arus lalu lintas di wilayah tersebut tetap padat. Orang yang akan menyeberang pun menjadi kesulitan, apalagi tempat ini sangat strategis sebagai jalur wisata.
“Pandemi nampaknya sudah akrab dengan warga, yang penting bagaimana menyikapinya” ujar wanita yang berasal dari Bantul ini.
Salah seorang warga yang tinggal tak jauh dari wilayah tersebut menjelaskan bahwa ada sebagian orang yang merasa beruntung dengan padatnya lalu lintas. Para pedagang kecil tampak penuh harap untuk mendapatkan rejeki melalui tangan-tangan pengendara.
Jumadi,
seorang anak yatim piatu berusaha hidup mandiri dengan bekerja di kios sembako
untuk membiayai hidup dan sekolahnya. Bu Nisa, majikannya, bijaksana dan sangat
sayang padanya. Ia diijinkan tetap sekolah dan bekerja separuh waktu. Karena
kebaikan majikannya itulah ia selalu bekerja dengan
sebaik-baiknya.
Suatu
hari Jumadi mendapat masalah dengan guru Bahasa Inggris di sekolahnya. Ia
tertidur di kelas sejak pelajaran matematika hingga berganti pelajaran Bahasa Inggris.
Bu Lisa, guru bahasa Inggris, sangat marah mendapatinya. Ia disuruh menyebut
nama sebuah gambar. Karena masih terbawa kantuk, ia menjawab spontan dengan
kata “segitiga”. Dalam benaknya saat itu masih pelajaran matematika yang
membicarakan luas dan keliling “segitiga”, sedangkan hari itu ia harus membeli
terigu yang bergambar “segitiga” di kemasannya, dan gambar yang ditunjuk Bu
Lisa adalah pakaian renang warna biru. Dalam pandanganya yang masih samar
gambar itu seperti segitiga warna biru sehingga munculah kata itu. Kelas gaduh,
bu Lisa marah. Jumadi diberi hukuman.
Setelah
peristiwa itu, Jumadi dan Bu Lisa kembali dihadapkan pada suatu masalah. Namun,
masalah yang ini mempertemukan mereka menjadi bentuk hubungan istimewa.
Berbagai kesamaan telah menyatukan mereka dalam ikatan yang indah. Ikatan yang
menyempurnakan kebahagiaan mereka.
Cerita lengkap 🔺 ↓
buka link berikut:
https://lppks-my.sharepoint.com/:w:/g/personal/srirahayu_sleman_lppks_org/EZiox2L2aVJDuNGRfze-6KgBvvj_pmKwXU_Lg_ksYoeAEw?e=8oVvTg
atau
https://docs.google.com/document/d/1o3KnaOR8fGTf-U9m7s6DE--lb6oCXg91/edit?usp=sharing&ouid=115746900594802260254&rtpof=true&sd=true
TERINSPIRASI KARYA SISWA 1. https://www.canva.com/design/DAGwljICO_E/fkmIqGUHn9l8-Jx7hftsxQ/edit?utm_content=DAGwljICO_E&utm_campaign=d...