Jumat, 15 Juli 2022

 Fabel

Ngiung dan Nguing

Sri Rahayu, S.Pd.


                “Aduh, aku sudah tak tahan lagi. Haruskah keturunanku berakhir juga bersama kematianku?” keluh Ibu Nging-nging yang sedang sakit parah dan sudah saatnya bertelur. Sebagai seekor nyamuk ia harus mencari tempat yang berair untuk menempatkan telurnyaagar anaknya bisa tumbuh dengan baik. Sayang, sayapnya tak lagi dapat dikepakkan. Tubuhnya lunglai, bahkan kakinya hampir tak kuat merekat di baju seragam sekolah anak pemilik rumah tempat ia mencari makan. Dengan pasrah dia terpaksa bertelur di sana. Matanya berlinang saat melihat telurnya jatuh di bagian saku baju. Dengan pasrah dia berdoa untuk keselamatan keturunannya.

                Tiba-tiba ibu Nging-nging terperanjat. Baju tempatnya bertahan diambil dan dipakai Lana. Hari itu dia dan telurnya terbawa Lana ke sekolah. Dengan tenaga yang tersisa, ia masih sempat mengikuti pelajaran Lana di kelas yaitu pelajaran Agama. Sempat ia dapatka ilmu bahwa seagai mahkluk Tuhan, siapa pun haru tawakal menghadapi cobaan. Dan Ibu Nging-nging pun terus berdoa serta berserah diri untuk keselamatan keturunannya.

Bel berbunyi. Lana dan teman-temannya bersorak karena mereka akan berganti pelajaran. Setelah mengambil bungkusan dari tas, Lana berlari ke kamar mandi beradu cepat dengan teman-temannya untuk berganti pakaian olahraga.

“Hai, ada nyamuk di seragamku, jangan-jangan tadi aku sudah digigitnya, dasar nyamuk nakal!”gerutu Lana sambil mengibaskan seragamnya. Bersamaan dengan itu melayanglah tubuh Ibu Nging-nging dari seragam. Matanya masih sempat melihat telurnya pun jatuh tepat di bak air kamar mandi. Ia beryukur dan sempat berbisik “semoga hidupmu senang, Ngiung, anakku! Maaf, ibu tidak bisa mendampingimu! Ibu Nging-nging pun mati, terkulai di lantai kamar mandi.

Hari berganti hari. Ngiung, si telur nyamuk, terus tumbuh melampaui berbagai perubahan bentuk, dari telur, jentik-jentik hingga tumbuh dua sayap yang dapat mengantarkannya mencari makan. Anak-anak sekolah jadi sasarannya. Sering ia berlama-lama dalam kelas menunggu mangsanya terlena. Saat menunggu itu, tanpa disadari dia mendapatkan berbagai pengetahuan termasuk tentang keberadaan seekor nyamuk seperti dirinya. Dia tidak tahu mengapa selalu tergerak untuk mencari sasaran di kelas Lana. Meskipun demikian Lana tidak pernah jadi mangsanya.

Suatu sore Ngiung sedang beristirahat di kebun sekolah. Ia didatangangi beberapa nyamuk sesusia dengannya. Salah satunya bernama Nguing. Badan Nguing paling besar di antara mereka.Kabarnya nguing selalu diajak mencari makan di rumah-rumah orang kaya oleh ibunya.

“Hei, Ngiung, mengapa kamu melamun sendiri?”ayo gabung dengan kami jalan-jalan di rumah penduduk, siapa tahu kita dapat mangsa istimewa!” ajak Nguing

“Maaf, aku masih kenyang dan rasanya masih bisa bertahan untuk esok hari,”jawab Ngiung.

“Ha..ha.. bertahan sampai besok? Makanya badanmu selalu kurus dan pasti kamu malu main bersama kami. Dasar anak gak terurus,”ejek Nguing.

“Bukan begitu Nguing, aku lebih senang berdiam diri di sini sambil menikmati taman yang indah hasil kerja siswa sekolah ini,”jawab Ngiung dengan sabar.

“Ah, bilang saja kamu malu bermain dengan kami, atau takut melihat dunia luar?”Ejek Nguing lagi, “ayolah, sesekali kita harus keluar agar pengetahuan kita bertambah!”

Kali ini Ngiung tertarik untuk mengikuti ajakan Nguing. Benar juga pendapat temannya itu, dengan sesekali keluar taman mungkin pengetahuannya akan bertambah. Mereka segera terbang beriringan menuju sebuah perumahan elit. Sepanjang perjalanan Nguing menceritakan pengalamannya saat mencari makan bersama orang tuanya. Dia merasa lebih beruntung daripada teman-temannya.

“Hei, lihat itu ada bayi gemuk yang sedang tidur, pasti darahnya segar. Ayo kita serbu!”ajak Nguing.

“Jangan, anak itu belum tidur lelap pasti mudah terbangun! Jika terbangun, celakalah kita,”kata Ngiung.

“Sok tahu kamu, perutku sudah kelaparan nih?”jawab Nguing makin geram.

“Tunggulah sebentar, ada masanya manusia tidur lelap. Dia akan tidak teralu merasakan sakit kalau kita hirup darahnya. Ambil secukupnya saja, jika terlalu banyak bahkan akan membahayakan kita,” jelas Ngiung.

“Kamu banyak teori, Ngiung!”bentak Nguing, masa bodoh, aku lapar, ayo kita tinggal Nguing. saatnya berpesta!”teriak Nguing mengajak teman-teman yang lain.

Ngiung hanya terdiam sambi memperhatikan teman-temannya dari jauh. Nguing tampak begitu rakusnya. Tubuhnya yang gemuk tampak makin gempal memerah. Ia terus meneguk darah sang bayi sambil memicingkan matanya kepada Ngiung seolah mengejeknya sebagai pengecut. Tiba-tiba sang bayi menangis dan ibunya terbangun mencari penyebab tangis anaknya. Sang ibu melihat seekor nyamuk hinggap lekat di pipi buah hatinya. Segera tangannya ...

Ngiung merasa kasihan melihat temannya terancam. Ia berteriak mengingatkan temannya itu. Sayang tubuh Ngiung penuh darah karena kekenyangan dam dia pun tak kuat menerbangkan badannya. Malang, telunjuk halus ibu sang bayi menekanya hingga tewas. Ngiung sedih, dia meninggalkan tempat si bayi sambil menangis. dia berjanji tidak akan mengambil darah secara berlebihan karena akan membahayakan dirinya sendiri. Ilmu ini dia dapatkan saat dia berada di kelas Lana yang sedang berlangsung pelajaran agama. Sambil tersenyum dia kembali ke taman sekolah karena di sana dia merasa nyaman.

TERINSPIRASI KARYA SISWA 1.  https://www.canva.com/design/DAGwljICO_E/fkmIqGUHn9l8-Jx7hftsxQ/edit?utm_content=DAGwljICO_E&utm_campaign=d...